Cara Meningkatkan Traffic Blog / Website Anda
Traffic merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi sebuah blog atau website, karena semakin banyaknya pengunjung yang datang semakin tinggi ranking blog/web yang kita miliki. Sebenarnya banyak sekali cara untuk meningkatkan traffic blog/web kita diantaranya:
* Promosikan blog/web yang telah anda buat ke orang-orang yang anda kenal.
* Membuat stiker yang bisa anda tempel di angkutan umum atau tempat-tempat umum lainnya (hal ini terinspirasi oleh stiker kapan lagi.com).
* Promosikan ke media (tapi ini melakukan modal yang cukup besar).
* Daftarkan blog/web anda ke search engine, hal ini agar blog/web anda agar bisa di search oleh search engine. ex. google
* Biasanya dalam blog/web ada buku tamu/shoutmix, isi buku tamu tersebut dan jangan lupa tinggalkan alamat blog/web anda.
* Tinggalkan komentar pada blog/web yang artikelnya anda baca dan tinggalkan alamat blog/web anda.
* Sering-seringlah berkunjung ke blog/web orang lain dan tinggalkan alamat blog/web anda dalam blog/web yang anda kunjungi.
* Tukeran link, ini biasa dilakukan oleh para blogger.
* Untuk blog tulis artikel-artikel yang saat ini sedang in.
* Gabung dalam milis dan promosikan blog/web anda di milis tersebut.
* Jika anda seorang mahasiswa dan memiliki blog, biasanya sering mendapatkan tugas-tugas kuliah, nah...anda manfaatkan...posting tugas-tugas tersebut di blogs anda / jawabannya juga bisa..hehe..(jika anda mau), dan anda bilang ke teman anda bahwa tugas & jawaban anda di blog anda.
* Jika konten blog/web anda berkenaan dengan software, mp3 atau hal yang bisa di download dari blog/web anda dan user dapat mendownloadnya, anda dapat mengkompress (zip/rar) kemudian anda berikan comment dalam kompresan tersebut yang berisi alamat blog/web anda.
* Buat komunitas dalam blog/web anda.
* Promosikan Lewat email.
* Promosikan lewat Friendster.
* Promosikan lewat LC.
* Jika anda seorang yang gemar chatting, promosikan blog/web melalui chatting.
* Perbanyaklah konten di blog/web anda.
Kurang lebih inilah tips dari saya agar blog/web anda dapat meningkat trafficnya. Semoga dapat membantu anda atau menambah wawasan anda.
Selengkapnya...
Jumat, 24 Oktober 2008
Cara Meningkatkan Traffic Blog / Website Anda
Senin, 20 Oktober 2008
Locus Of Control
Locus Of Control
Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali kemukakan oleh Rotter, (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, dalam Engko, 2007). Larsen dan Buss, (2002) mendefinisikan locus of control sebagai suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya (outcome). Locus of control menurut Hjele dan Ziegler, (1981); Baron dan Byrne, (1994) diartikan sebagai persepsi sesorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya. Lefcourt, (1976) menggambarkan locus of control sebagai berikut:
"Perceived control is defined as a generalised expectancy for internal as opposed to external control of reinforcements". Makna dari pernyataan tersebut adalah bahwa kendali yang dirasa digambarkan sebagai suatu pengharapan yang general untuk pengendalian internal sebagai lawan dari kendali penguatan eksternal. Sedangkan Zimbardo, (1985: 275) menggambarkan locus of control sebagai berikut: “A locus of control orientation is a belief about whether the outcomes of our actions are contingent on what we do (internal control orientation) or on events outside our personal control (external control orientation)”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa suatu tempat orientasi kendali adalah suatu kepercayaan tentang apakah hasil dari tindakan kita adalah ketidak-tentuan pada apa yang kita lakukan pada diri pribadi kita yang berorientasi internal atau pada peristiwa yang diluar kendali pribadi kita (orientasi kendali eksternal.). Rotter dalam Corsini dan Marsella (1983) membedakan orientasi locus of control menjadi dua, yakni locus of control internal dan locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal cenderung mengangap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka. Sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa. Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control. Kreitner dan Kinichi, (2001) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol dari keadaan sekitarnya. Zimbardo, (1985) menyatakan bahwa dimensi internal-external locus of control dari Rotter memfokuskan pada strategi pencapaian tujuan tanpa memperhatikan asal tujuan tersebut. Bagi seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan Kahle (dalam Riyadingsih, 2001). Sementara itu individu yang mempunyai internal locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan.
Selengkapnya...